UNIVERSITAS Majalengka (Unma) terus menata kampusnya menuju universitas yang maju dan unggul. Beragam upaya besar telah dilakukan guna menempatkan Unma sebagai universitas di daerah yang memenuhi standar kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan masyarakat dan pemerintah dalam beragam sektor dan kebutuhannya.
Merayakan Dies Natalis ke-12 yang dilaksanakan pada 18 April 2018, Unma tampil dengan kepala tegak. Tentu hal itu hadir dengan tanpa alasan. Unma sedang dan akan semakin berkembang di masa-masa mendatang.
Rektor Unma, Prof. Dr. Ir. H Sutarman, MSc., menegaskan komitmen dirinya yang akan terus berikhtiar keras mengembangkan Unma sebagai perguruan tinggi yang maju dan berkembang. Sejak mula pertama dirinya menjabat rektor pada 2014 lalu, dirinya sudah memiliki keyakinan dan optimisme bahwa Unma akan terus berubah ke arah yang lebih baik dalam segala sisinya.
“Pertama kali diserahi tugas dan tanggungjawab memimpin Unma, saya sodorkan program dan visi Unma maju dalam 12 tahun dengan tahapan periodesasi empat-tahunan. Tidak sedikit hambatan yang saya dapatkan terkait visi saya itu, juga tak sedikit cibiran yang saya terima,” kata Rektor Unma saat berbincang dengan Sinarmedia, Kamis (5/4), di kantornya.
Namun Prof. Sutarman mengaku tak merasa gentar dengan semua kendala yang dihadapi. Ia malah merasa tertantang dengan semua hambatan dan ketidakyakinan sejumlah orang atas apa yang diprogramkannya itu. Di kemudian hari program dan visi itu terbukti. Unma selangkah demi selangkah berhasil menyelesaikan beragam persoalan yang dihadapinya. Persoalan tersebut menyangkut beragam masalah, baik yang terkait dengan soal-soal akademik dan non-akademik seperti akreditasi program studi, dosen dan lain sebagainya.
Langkah Prof. Sutarman menguatkan visi empat-tahun pertamanya, yakni dengan fokus Unma harus memiliki tata kelola yang baik (good governance). Visi empat-tahun pertama ini harus bisa mewujudkan Unma sebagai perguruan tinggi yang baik dalam segala halnya. “Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, diperoleh gambaran kita bisa menghasilkan angka ketercapaian target tata kelola yang baik ini dengan angka 93%,” katanya bangga.
Terkait dengan tata kelola yang baik itu, katanya, adalah situasi dan kondisi para pengelola dan pengelolaan kampus berkesesuaian dengan visi perguruan tinggi maju dan modern. Yang paling kuat dalam program ini adalah membangun sumberdaya manusia (SDM) yang mengelola kampus dan sejumlah fasilitas akademik yang disesuaikan dengan kebutuhan kampus.
“Selain membangun SDM pengelolanya, kami juga membangun dan menguatkan program studi (prodi) yang ada. Program studi dikuatkan juga bersamaan dengan menyiapkan rasio dosen dan mahasiswa yang cukup,” ungkap Prof. Sutarman.
Disebutkannya, salah satu keberhasilan dalam hal penguatan akreditasi program studi itu yakni berawal dari hanya satu prodi yang terakreditasi B (yakni Pendidikan Agama Islam, PAI) kini telah ada 18 prodi yang terakreditasi sama. Dengan demikian hanya masih tersisi lima prodi lagi yang belum mendapat akreditasi sama (pendidikan matematika, biologi, teknik industri, komunikasi dan magister pendidikan Islam [MPd.I]).
Dalam periode empat-tahun pertama itupun, Unma telah berhasil menambah jumlah hibah (proyek riset ilmu pengetahuan) yang diterimanya dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek-Dikti). Disebutkan Sutarman, pada tahun 2015 Unma menerima delapan hibah, tahun 2016 menerima 11 hibah, tahun 2017 menerima 18 hibah, tahun 2018 Unma menerima 30 hibah.
“Unma menempati ranking ke-9 dari sekitar 400-an perguruan tinggi swasta di Jawa Barat dalam penerimaan hibah Kemenristek-Dikti. Di wilayah eks Karesidenan Cirebon, Unma paling banyak menerima hibah, mengalahkan universitas swasta lainnya. Unsawagati sendiri hanya menerima 15 hibah,” katanya.
Dalam bidang penguatan tenaga pengajar (dosen), Unma juga terus melakukan beragam ikhtiar yang terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan mereka. Disebutkan Prof. Sutarman, Unma kini memiliki 109 dosen. “Dari jumlah itu 68 dosen di antaranya adalah dosen yang sudah bersertifikasi,” ungkapnya.
Terkait dosen, Unma kini memiliki rasio yang cukup antara keburuhan dosen dan kepentingan mahasiswanya. Disebutkannya, untuk dosen eksakta, rasio dosen-mahasiswa sebelumnya di Unma adalah 1 dosen untuk 30 mahasiswa (1:30) dan rasio dosen-mahasiswa non-eksakta sebelumnya di Unma adalah 1 dosen untuk 45 mahasiswa (1:45). “Kini rata-rata untuk eksakta dan non-eksakta rasionya adalah 1 dosen untuk 29 mahasiswa (1:29),” ujar Prof. Sutarman.
Selanjutnya, kata Prof. Sutarman, Unma akan segera memasuki periode empat-tahun tahap II dari 12 tahun yang divisikan dan diprogramkannya. Dalam periode empat-tahun II ini dirinya menghendaki Unma sebagai perguruan tinggi atau kampus yang sehat. “Unma yang sehat di sini adalah Unma sebagai kampus yang sehat secara anggaran (fiskal) dan sehat secara akademis. Pada zaman saya ini dipastikan tidak akan pernah ada lagi kampus kelas jauh,” tegasnya.
Sementara pada periode empat-tahun tahap III dari 12 tahun visi dan programnya, Prof. Sutarman menandaskan bahwa para periode ini Unma harus sudah menjadi perguruan tinggi yang unggul. “Unma yang unggul. Itulah visi dan program saya pada empat-tahun periode ketiga nanti. Unggul di sini adalah unggul dalam segala halnya dalam hal akademik maupun non-akademik,” katanya.
Salah satu wujud untuk bisa sampai ke predikat tersebut adalah terpenuhinya tenaga pengajar yang memiliki kompetensi dan ilmu pengetahun yang linear dengan tugas dan tanggungjawab mata kuliahnya di kampus. Kebutuhan dosen yang berkualifiaksi itu tentunya sudah dibangun atau dikondisikan pihaknya sejak visi empat-tahun periode kedua.
“Unma hanya akan memberi kesempatan mengajar kepada para dosennya yang memiliki pengetahuan dan kemampuan yang linear antara latarbelakang pendidikannya dengan mata kuliah yang diajarkannya,” kata Sutarman.
Menurutnya, kini Unma memiliki sebanyak 12 dosen yang sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan fasilitas beasiswa dari pemerintah. Secara keseluruhan kini Unma memiliki sepuluh dosen bergelar Doktor, sebanyak 12 dosen lainnya sedang mengikuti pendidikan program Doktor, dan dua orang berstatus lektor kepala. Target di akhir empat-tahun periode ini, Unma memiliki 25 Doktor dan lima guru besar (profesor).
“Dengan jumlah dosen dan pengelola kampus dengan kompetensi dan berlatarbelakang pendidikan jenjang tertinggi itu, ke depan Unma akan semakin kuat dan berkembang. Saya sangat optimistis soal itu,” kata Prof. Sutarman bangga. (Arif/Sinarmedia)
15 kali dilihat, belum ada yang melihat hari ini